Diberdayakan oleh Blogger.

Mampir ke Sanggar Mantan Dalang Ciliknya Kebumen

Wayang kulit termasuk karya kebudayaan dalam bidang cerita narasi yang indah dan berharga lagi mengagumkan (Masterpiece of Oral and Intangible Heritage of Humanity). UNESCO sudah sejak 7 Nopember 2003 mengakuinya dan secara otomatis, karya kebudayaan ini diakui dimata dunia secara luas. 


Pertunjukan wayang kulit berperan penting untuk menyebarkan pesan, sarana sekaligus media edukasi kepada masyarakat tanpa mengenal kelas dan kasta. Setiap alurnya mengandung pesan syarat makna baik tersirat maupun tersurat. Cara penyampaiannya kental dengan kearifan lokal.

Dalang harus menghapal satu persatu watak penokohan wayang yang akan dimainkan. Tentu perlu latihan rutin dan penghayatan spiritual supaya bisa menyatu antara cerita dan makna yang akan disampaikan kepada penonton. 

Zaman dulu belum ada televisi atau media sosial. Pertunjukan wayang menggunakan "proyektor" sederhana. Wayang Kulit di sorot dari depan memanfaatkan cahaya lampu. Bayangan hitam - putih menyembul keluar dari sela-sela ukiran indah wayang kulit yang menempel pada layar putih di belakangnya. Dalang mengarahkan geliat wayang dari gagang atau pepet, dan memainkan gesture penokohan lalu menancapkannya ke debogan (pohon pisang). Niaga dan Sinden tak lupa bersamaan memainkan perannya secara harmoni ikuti dinamika alur cerita sang Dalang.



Ibarat orkresta, Dalang adalah konduktor sekaligus narator. Dalang berasal dari kata Ngudhal Piwulang. Ngudhal artinya menyebarluaskan atau membuka, sedangkan Piwulang, artinya pendidikan atau ilmu. Seseorang yang bisa Ndhalang, bukanlah orang sembarangan. 

Beruntung, pada 12 September 2015 sempat bertemu dengan Mas Insan Indah Pribadi dan Mas Teguh Rusmadi (Presiden dan Crew Sangkanparan), Mas Puput Juang (Penggagas Perfilman Kebumen - Komunitas Kedung), dan anak-anak SMKN 1 Kebumen yang sedang membuat film dokumenter di tempat tinggal Ki Dalang Edi Warseno. 

Beliau sudah sejak kecil berlatih Dalang di daerah Muktisari. Pada masa mudanya, ia dikenal sebagai Dalang Ciliknya Kebumen. Di tempat tinggalnya, RT02, RW 02 Desa Kuwayuhan, Kecamatan Pejagoan, beliau mendirikan Sanggar Wahyu Budoyo. Selain aktif dalam dunia perwayangan, ia sering dimintai rekan sesama Dalang untuk membuat hiasan ukiran motif penokohan, dan Wayang Kulit. Tak ingin karya kebudayaan Wayang Kulit hilang ditelan zaman, setiap seminggu sekali tepatnya hari Jum'at, biasanya anak-anak sekitar ramai ke Sanggar, mereka antusias ingin berlatih menjadi Dalang Cilik seperti dirinya dulu.


Foto By : 
Ki Dalang Edi Waseno lahir di Kebumen, 29 Maret 1965. Mendirikan "Sanggar Wahyu Budoyo" sejak 1 Januari 1978. Kegiatan sehari-harinya saat pesanan dan pementasan wayang sedang sepi, biasanya sibuk menjadi petani atau membantu istrinya berjualan Mie Ayam dan Kopi di depan tempat tinggalnya. Walau dirinya Dalang, tak membuatnya sombong dan hidup bermewah-mewahan. Ilmu padi menjadi prinsip hidup beliau, semakin berisi semakin merunduk. Dedikasinya kepada kesenian budaya warisan leluhur patut dijadikan teladan ditengah perkembangan zaman yang serba instan ini.





1 komentar:

Anonim mengatakan...

terimakasih tulisan seperti ini perlu di tingkatkan lagi. sukses !

author
Catur Pamungkas
Hanya kataku, yang tak seharmoni angan dan imaji.