Diberdayakan oleh Blogger.
8 November 2018, Geopark atau yang dikenal dengan Taman Bumi di Indonesia bertambah kembali. Salah satunya ada di daerah Kebumen, sebuah kota di selatan Jawa Tengah yang memiliki keunikan formasi geologi, biodiversity, dan culture. Daerah taman bumi Kebumen membentang dari daerah Karangsambung, Gombong, Karangbolong, hingga Kecamatan Ayah. Pengesahan tersebut ditandantangani oleh wakil Bupati Kebumen pada saat itu. Seolah-olah semakin ke depan, impian memiliki Taman Bumi bertaraf Internasional akan menjadi kenyataan. Sense of belonging terus bertumbuh, cita-cita Ki Kabumian membangun kebumen diteruskan oleh generasi masa depan.

Karangsambung dan Karangbolong merupakan bagian dari Geopark Kebumen yang sudah dari dahulu memiliki khas tersendiri, lain daripada yang lain. Jika kita menilik peta Pulau Jawa dan cermati, daerah tersebut seperti pembatas antara tipe daratan daerah barat dan timur pulau Jawa. Lalu kita akan mengetahui alasannya ketika sudah berada di kompleks Karangsambung. Ternyata di sana terdapat bukti jejak pembentukan Bumi yang terbagi menjadi 6 tahap. Salah satu di antaranya adalah terdapat singkapan batuan Rijang. Batuan rijang atau masyarakt Desa Seboro menyebutnya dengan Watu Kelir. Masih di kompleks area Desa Seboro, sekitar kali Muncar, ada juga susunan lava bantal atau pillow rock  yang dialiri air dari atas bukit, menambah daya tarik tersendiri.

Cerita rakyat yang berkembang dan menjadi kearifan lokal. Apabila orang mengunjungi tempat tersebut memiliki kepekaan tertentu, pada malam hari biasanya terdengar suara gamelan wayang yang ditabuh.  Suara tersebut mirip dengan bebunyian yang berasal dari Kenong, yang bentuknya agak mirip dengan pillow rock . Kenong merupakan salah satu unsur utama dalam instrumen wajib pewayangan, watu kelir di artikan sebagai layar pentas wayangnya. Seperti pertunjukan dan tanda alam bahwa bentuk dan jenis bebatuan yang unik memiliki cerita.

Gambaran pertunjukan pewayangan lewat munculnya formasi batuan di Karangsambung tersebut layaknya seperti berada di sebuah taman, saat era Ki Kabumian pada masa kerajaan yang masih kental dengan kehidupan kejawennya. Kejawen di sini diartikan harmonisasi antara manusia dengan alam. Interaksi manusia dengan alam sudah menjadi selayaknya seimbang. Antara pemenuhan kebutuhan manusia dan sumber daya yang semestinya harus dijaga kelestariannya. Kurang lebih demikian, bagaimana leluhur kita mengajarkan tentang kehidupan yang sederhana, kental dengan kearifan lokal. Memiliki karakter budaya, dan tentu berkesinambungan untuk kehidupan yang selanjutnya.

Zona Konvergensi, Kebumen beragam Budaya

Zona konvergensi dapat dikatakan juga sebagai daerah transisi antara satu daerah dengan daerah yang lainnya. Menilik sejarah, bahwa Kebumen pada era Kerajaan, berada di antara dua kerajaan besar di tanah Jawa pada waktu itu. Kebumen sebelah timur, dikooptasi oleh trah Mataram kuno (Jogja-Solo) yang sebagian besar memiliki corak kebudayaan mangkunegaran khas pakualam. Sedangkan Kebumen sebelah barat (gombong) dan sekitarnya berada dalam naungan Kerajaan pasir luhur Sunda yang mencangkup Banyumas.

Keadaan ini mengungkapkan bahwa kompleksitas dan beberapa kerumitan ciri khas sampai sekarang ini masih menjadi bahan kajian. Menentukan arah jatidiri daerah menjadi PR bersama. Terlepas dari itu semua, kebudayaan adalah sebagai corak tumbuh berkembangnya sebuah peradaban.
=====

Temen-temen yg interest ke geologi pasti taulah tentang siapa itu Reinout Van Bemmelen ?

http://museum.geology.esdm.go.id/wp-content/uploads/2013/11/Bemmelen.jpg

Oke, salah satu cara buat ngenal karya orang itu ya baca biografinya. Di Wikipedia ada kok, take it easy

Tahu gak sih? ternyata ada cerita yang mengharukan dibalik pembuatan buku "The Geology of Indonesia". Seperti yang kita ketahui, buku tersebut memang tak bisa disangkal telah menjadi acuan oleh para geolog Indonesia sejak zaman dahulu, bahkan saat aku ngerampungin skripsi pada saat itupun sama dosen tercinta disuruh ngerujuk ke tulisannya R. Van Bemmelen.

Tak kenal maka tak sayang, maka pepatah tersebut menjadi dasar mengapa bisa bisa nya Mbah bemelen terinspirasi pingin nulis tentang Geologi Indonesia? Padahal pas beliau hidup itu masih pada era penjajahan era kolonial. Meskipun beliau adalah keturunan orang Belanda, tetapi kiprah penelitiannya untuk para geolog sangatlah membantu. Mengingat pada tahun tersebut, kualitas informasi yang bersifat ilmiah sukar ditemukan dan bersifat ekslusif. Karena dominasi dan kebijakan politik Hindia Belanda yang sedang melakukan tahap inventarisir sumber daya alam kekayaan alam di bumi pertiwi. kalo gak salah gitu sih. 

Oke, kembali ke kisah dibalik lahirnya buku "The Geology of Indonesia". 

Bersambung dulu ah hehee sabar 😌
 





Zaman sekarang siapa yang nggak kenal sama internet?

Dimulai dari balita sampe tua bangka tahu apa itu internet.

Namun, melihat keblingeran yang terbungkus dalam negativa berita, terutama soal kasus dampak buruk internet semakin merajalela. 

Kasus yang paling dominan adalah tentang kekerasan seksual. 
Akhir-akhir ini kita dihebohkan dengan kasus pemerkosaan remaja, dan netizen menyambut riuh dengan gemuruh simpati yang sangat mendalam. Netizen menyuarakan berbabagi pendapatnya tentang kasus tersebut. Harapannya, kasus-kasus pelecehan seksual yang terjadi akan berkurang. Lalu, tak selang lama presiden Jokowi menegaskan mendukung hukuman kebiri bagi pelaku kekerasan seksual. Sampai saat ini, masih menjadi pertimbangan bagaimana nantinya kebijakan tersebut diluncurkan dan disahkan. Semoga saja akan ada banyak pembenahan mengarah ke hal yang positif.

Menyoal kekerasan seksual yang terjadi, banyak pula yang menyangkut pautkan dengan yang namanya internet. Gara-gara internet, pelaku horny liat begituan lalu meluapkan disertai tindakan paksa hingga merenggut masa depan seorang anak yang mana merupakan harapan bagi orang tua, keluarga, bangsa dan negara.

Oke, kita tarik garis kesinambungannya dengan kehidupan sehari-hari. Ya,, gadget pastilah jadi perihal yang tak boleh dilewatkan seiring waktu terus beputar. Lha kenapa?

Sekarang, paket internet data jauh lebih menjadi kebutuhan dasar nan pokok bagi sebagian besar remaja Indonesia apalagi pecandu media sosial. Sejauh ini, Media Sosial sangat berpengaruh. Tinggal digunakan untuk apa. 


Semakin banyaknya dedek-dedek gemez upload foto selfie, maka semakin besar pula hasrat untuk ngehitz. Para remaja tak  mau kalah saing dimulai dengan teman sebangkunya. Eksis, BBM,WA,Instagram, Facebook, Twitter sudah jadi aplikasi wajib untuk mengkonsolidasikan rating ke-ngehitz-an. Di mulai buat ngepoin temen dan kenalan, sampe mbribik-mbribik yang mengakibatkan skala per-baperan NKRI semakin membuncah ~ - mereka ndak sadar ada berapa jutaan gembel warnet yang stalking berniat tidak baik. Eh, kita emang diajarkan ndak boleh berprasangka buruk, tapi waspada adalah keutamaan. Jadi adik-adik yang baik dan cantik, gunakan internet dan media sosial untuk kegiatan positif nggih, menjalin silaturahmi misalnya. Meski kesal terpendam karena masih baper karena mantan, itu jauh lebih baik ketimbang ngumbar hal yang tidak-tidak.

Kalau remaja tahun 90an pasti sudah banyak yang beruban,.. eh berubah maksudnya. pas dulu harga kartu perdana bisa nyampe 50 K, sekarang 2 ribuan bisa didapet di konter terdekat. Ya, kemajuan jaman emang mbikin banyak kemudahan. Konter-konter di pinggiran jalan hingga masuk pelosok desa, pasti menyediakan paketan data bergiga-giga. Hal ini memungkinkan user semakin khidmat mantengin layar hape atau gadget seperti laptop berjam-jam. 

Tak ayal, mainan tradisional anak-anak generasi 90an lama kelamaan terengut seiring berjalannya waktu. Main kelereng,  Ceplukan, Enggrang, Gangsir, Adu Jangkrik, Sunda Manda, Petak Umpet, sampe Ular Naga-Nagaan semakin meredup. Sedih :(.

Padahal, dulu masih jarang yang tau apa itu internet. padahal dulu masih jarang yang punya gadget. Tapi semangat ukhuwah tetap terjaga tanpa syakwasangka, gotong royong semakin menguat karena pesan tersembunyi dari permainan tradisional banyak sekali nilai-nilainya. Maka, keasyikan mana lagi yang kau dustakan. Dus dewasa kini, yang tradisionil malah dikira kuno, dasar cah kakean micin!

Oleh sebab itu, sebuah kemajuan teknologi dan zaman adalah sebaik-baiknya yang memudahkan keperluan hidup khalayak manusia. Jika merasa malah mempersulit, maka introspeksilah. Jika banyak permasalahan negatif tentang internet dan media sosial, maka benahilah. So, buwat apa Internet Cepat di Indonesia? Ndasmu.


28 November 2015 adalah momentum reforestasi dan pengembalian ekosistem alam yang kian lama tergerus pembangunan. Pada hari itu, jutaan manusia serempak di berbagai daerah seantero Nusantara dengan  khidmat merayakannya dengan aksi menanam pohon secara massal. Bayangkan saja, jika kesadaran yang masih dinilai agak utopis itu terwujud. Tentu bakal jadi revolusi besar-besaran, ah... tak perlu dibesar-besarkan apalagi dengan revolusi mental yang kian terpental. Indonesia sudah besar sedari nenek moyang. Hanyalah kita harus menjaga dan merawatnya. Menanam mangrove misalnya.

*serius amat* 
 

Jadi gini,.. kabupaten Kebumen satu dari 35 Kabupaten di Jawa Tengah yang memiliki garis pantai dengan panjang lebih dari 96 Kilometer. Bersentuhan langsung Samudera Hindia, tentu menjadi alasan kuat mengapa harus ada ketahanan ekosistem penjaga keasriannya. Iyalah, soalnya ini berkaca pada peristiwa tsunami Aceh beberapa tahun silam. Dampaknya kerasa sampai sini loh.. Maka dari itu, sangat layak bila mengangkat kembali Pariwisata sektor pantai yang berbasis Ekowisata.

Penanaman Mangrove
Pantai Logending terletak di perbatasan Kecamatan Ayah dan Cilacap. Dipisahkan oleh sungai Bodo. Nah, muara sungai inilah yang menjadi lahan penanaman Mangrove jenis Rhizophora Mucronata. Keunggulannya, selain bisa menjadi habitat berbagai macam biota muara sungai, juga bisa menghimpun lumpur.

Komunitas Pantai Selatan (PANSELA) merupakan penggerak utama yang mengenalkan kepada masyarakat tentang pentingnya kawasan hutan bakau. Mereka terhimpun dari berbagai latar belakang, termasuk para mantan anak jalanan. Berkat dedikasinya, kini ada lebih dari 35 hektar lahan hutan bakau berhasil dihijaukan kembali.




Mangrove Clinic, sesi edukasi tentang seluk beluk mangrove dari jenis tanaman hingga cara merawat, dan tentu saja berbagai cerita perjalanan aktifis PANSELA yang menginspirasi komunitas pemuda pegiat sekaligus kolabolator pariwisata seperti Explore Kebumen . Ada 40 orang lebih terdiri dari berbagai komunitas turut meramaikan dan ingin belajar tentang Mangrove. Awalnya kami hanya mengira acara semacam ini akan sepi peminat, ternyata diluar dugaan.


Menyulam Bibit
Selain diajarkan menanam bakau, ada juga sesi menyulam bibit bakau. Bibit yang sudah mulai mengering diganti dengan bibit yang baru. Hal ini harus rutin dilakukan cek, supaya pembibitan tetap berjalan.







Mengupas Kerang Tiram
Kami juga dikenalkan dengan aktivitas penduduk sekitar muara Sungai Bodo, yang kata Mas Agus Saptanudin bisa dikembangkan menjadi atraksi pemikat wisatawan. Yaitu, setiap pagi hari Ibu-ibu rajin mengupas kerang tiram. Tampaknya sederhana saja, tapi siapa tau lho, ternyata mengupasnya gak boleh asal. Perlu skill dan ketrampilan khusus. Kalau asal bacok saja, malah daging kerang tiram nantinya tidak enak, dan hasilnya lebih sedikit. Nampaknya Ibu-ibu disini rutin sejak sedari remaja mencari kerang tiram. Selain untuk konsumsi pribadi, juga biasa dijual satu kantong kresek dengan kisaran harga Rp.12.000,- saja. Harga naik dalam kondisi tertentu.


Bantu mimpi kami mewujudkan Pesisir Pantai Selatan yang kaya manfaat ~ Agus Saptanudin  (PANSELA/TAGANA).

Hidup itu keras, tapi alam menyediakan semuanya. Kadang kita saja yang kurang belajar dan merasa seakan tau semuanya. ~ Mas Dar (PANSELA/TAGANA) "Laron Gundul"
Mas Dar, mantan anak jalanan yang kini menjadi aktifis dan pelindung kawasan hutan mangrove Logending mengajarkan tips survival dan memanfaatkan apa saja yang ada di lingkungan sekitar untuk bertahan hidup. Beliyau ini keren banget, liat aja stylenya anak pantai banget nggak sih?

Pak Kamsi (topi hitam), penggagas PANSELA.
Bonus nih... ini yang seru, liburan bareng keluarga memandang hamparan buih ombak pantai, menghirup Oksigen segar di hutan bakau sambil naik perahu. Bisa mampir juga di tempat pembibitan Mangrove. Komplit! Wisata dapet, ilmu dapet, juga kuliner dapet. Kalau masalah jodo, ya tergantung lah, gak usah ngarep karena baper lho ya. :) 


 
Sekian deh, sekilas cerita saat peringatan Hari Menanam Nasional yang dirangkai entah dari mana datangnya inspirasi itu. Soalnya ini dah tertimbun lama baru sekarang aja sempat menulis lagi di blog. Semoga coretan ini dapat mewarnai harimu.

Wassalam...

Jalan kehidupan itu beragam, tak bisa dipaksakan semua harus sejalan. Apa jadinya jika Diktator (sekali lagi) memimpin negeri ini. Semuanya harus manut, belot di DOR. . !

Seperti itulah kurang lebihnya perjalanan nyata hingga spiritual seperlunya tak perlu di paksakan. Paham kita Pancasila dimana perbedaan seyogyanya ditoleransi atas dasar sifat lumrah manusia hanya perlu disatukan dalam rangka merangkul keberagaman bukan berarti menganggap harus satu linear.

Lika-liku perjalanan memang tak ada yang tahu pasti kecuali Dinas Pekerjaan Umum yang pasti ada tim survey baik pihak ke-dua maupun ke-tiga (konsultan swasta). Kerja sama ini sudah menjadi standar operasional dimana B to B memang menjadi tumpuan supaya operasional berjalan dengan mulus.

Percayakan saja pada program yang sudah disusun sedemikian rupa hingga lewati uji ini-itu supaya makbul terlaksana. Semoga eksekutor kebijakan yang telah dirangkum sebagaimana mestinya senantiasa diberikan keluasan hati dan bathin yang jernih tanpa dipengaruhi berbagai kepentingan Sweeper Marquez untuk Lorenzo.

9 Desember akan ada pesta demokrasi rakyat Kabupaten secara serentak hampir di semua wilayah Jawa Tengah, besar harapan dengan adanya wacana yang kian terus membangun tak hanya jadi isapan jempol belaka. Karena bagaimanapun juga, aksesibilitas adalah kunci keberhasilan suatu daerah supaya Keep in Touch dan lebih nggayeng.




Beberapa waktu silam, sempat melintasi jalan penghubung antara Kabupaten Kebumen dan Banjarnegara. Viewnya memang indah, karena melintasi Karangsambung Geopark sebagai laboratorium alam tentang Geologi yang menawan. Selain bisa latihan nikung seperti Rossi, mental di perjalanan juga harus dijaga, karena berliku-liku dan menanjak perlu kebutuhan skill khusus untuk mengendarai motor. Lengah sedikit bisa mlengos ke parit / jurang bebatuan.
Wayang kulit termasuk karya kebudayaan dalam bidang cerita narasi yang indah dan berharga lagi mengagumkan (Masterpiece of Oral and Intangible Heritage of Humanity). UNESCO sudah sejak 7 Nopember 2003 mengakuinya dan secara otomatis, karya kebudayaan ini diakui dimata dunia secara luas. 


Pertunjukan wayang kulit berperan penting untuk menyebarkan pesan, sarana sekaligus media edukasi kepada masyarakat tanpa mengenal kelas dan kasta. Setiap alurnya mengandung pesan syarat makna baik tersirat maupun tersurat. Cara penyampaiannya kental dengan kearifan lokal.

Dalang harus menghapal satu persatu watak penokohan wayang yang akan dimainkan. Tentu perlu latihan rutin dan penghayatan spiritual supaya bisa menyatu antara cerita dan makna yang akan disampaikan kepada penonton. 

Zaman dulu belum ada televisi atau media sosial. Pertunjukan wayang menggunakan "proyektor" sederhana. Wayang Kulit di sorot dari depan memanfaatkan cahaya lampu. Bayangan hitam - putih menyembul keluar dari sela-sela ukiran indah wayang kulit yang menempel pada layar putih di belakangnya. Dalang mengarahkan geliat wayang dari gagang atau pepet, dan memainkan gesture penokohan lalu menancapkannya ke debogan (pohon pisang). Niaga dan Sinden tak lupa bersamaan memainkan perannya secara harmoni ikuti dinamika alur cerita sang Dalang.




Pantai, Curug ( air terjun ) dan wisata alam rasanya tak ada habisnya jika kita bahas satu persatu tentang potensi wisata yang ada di Kebumen. Bagi sebagian orang, tualang asyik hanya sekedar untuk ikuti trend kekinian demi dipajang di instagram, facebook, dan media sosial lainnya. Terlebih kalau tualang asyik ditemani kawan baru yang passionate jelajahi "surga tersembunyi" di Kebumen. 

Dengan wajah tebar pesona nan senyum menggelegar, seakan beritahu dunia. "ini loh kebumen" ! Buat orang yang melihat terpana dan tak tahu kalau pemandangan seindah yang disuguhkan itu ada di kampung halamannya sendiri. Sawang Sinawang bukanlah suatu koentji dalam penghayatan setiap makna yang terpapar dalam gambar. Tapi esensi sense of belonging, rasa kebanggaan yang mendalam dalam jiwa bahwa di kota kelahiran yang punya predikat termiskin ke 3 se Jateng ini sudah sedari dulu punya spot wisata Indah nan bersahaja. Hanya saja keimpotenan atau kebutaan temporal yang sebabkan mata dan hati kita baru tersadar "dari dulu kemana aja"?


Jangan Takut Dicap Jomblo Riya


Tak perlu takut jadi hitam, berkeringat, legam bahkan predikat jomblo yang khas nan melekat dari kesekian banyaknya penjelajah-penjelajah muda kekinian. Intinya yang gak jomblo-pun tak mesti sebahagia mereka yang jomblo! Titik. Lain lagi kalau Tan Malaka, ia mati memegang keyakinan atas gagasan-gagasannya dalam keadaan jomblo. Sekarang jaman berubah, barulah kita menyadari bahwa banyak dari berjuta-juta manusia jomblo di Indonesia jauh lebih produktif ketimbang pasangan muda-mudi kekinian yang kelewat batas. 

Dewasa ini, media sosial memang jadi boom paling efektif. Pasalnya akhir 2015 ini, proyeksi penjualan gadget smartphone di Indonesia bakalan nyampe 55 juta user ( cek google ). Media sosial menampakan sesuatu yang belum nampak jadi terlihat jelas. Efek sihir penjerumus nan sebarkan virus "ikut-ikutan" terbuka lebar. Layaknya trickel down effect yang lama jadi wacana menyoal pemerataan ekonomi daerah dan diyakini hingga kini akan terus berkembang perlahan ditengah gempuran Rupiah yang menembus angka delivery order McD. Jangan takut dicap jomblo riya! Bikin envy kawan-kawan kalian yang udah ngerebut mantanmu. Upload foto-foto kehangatan kebersamaan tanpa ikatan (no baper, have fun only) ditambah background pemandangan yang cocok buat dijadiin foto pra wedding atau sekedar dolan-dolan. Sukur-sukur bisa menginspirasi muda-mudi buat berkarya dalam hal apapun yang penting positif.

Pelangi Dibalik Rintihan Gemercik Air

Keluh-kesah soal keterbatasan akesibilitas destinasi yang ada di Kebumen itu gak berlaku bagi mereka yang bener-bener jiwa petualang. Paksa saja keterbatasanmu, nikmati prosesnya, bonus menanti kala sampai dititik atau spot langka lagi kwaliteit terdjamin keasriannya. Akses yang susah malahan jadi pertanda positif bagi trapeler trapeler buat ngikutin sejauh mana jatidirinya bakalan nglangkah demi dapetin en nikmati hidupnya. Kalau pas ngetrip kesana disaat musim kemarau + faktor keberuntungan, kamu bisa dapetin rainbow in the rainfall looh ! 

Sawangan Adventure dikelola oleh warga setempat yang siap nemenin kamu keliling atau sekedar kemping. Gak perlu pusing soal harga booking. Pengunjung dapat memyumbang tarif seikhlasnya dengan kisaran tarif minimal 5.000-15.000 rupiah per orang. Sudah termasuk keamanan parkir kendaraan.

Lokasi Sawangan Adventure masih berada di wilayah administratif Desa Karangduwur, Kecamatan Ayah Kabupaten Kebumen. Tepatnya dari pertigaan arah Pantai Menganti ke Timur. Nah disitu ada plang ijo tulisan "Sawangan Adventure". Trus ikutin. Kalau masih nyasar, gunain GPS pemberian Tuhan.

Sekian. Have a nice trip!
Wassalam.


by @kangtjatoer Posted via Blogaway
author
Catur Pamungkas
Hanya kataku, yang tak seharmoni angan dan imaji.