Keterbatasan media mainstream (
cetak, televisi, radio ) sebagai sarana controlling
dan publikasi tentang suatu nilai menjadi bahasan pokok yang harus dilengkapi.
Tidak harus mendirikan kantor sendiri dengan perizinan resmi versi AJI ataupun
PWI. Karena esensi media sosial adalah bagaimana user account bisa memanfaatkan teknologi untuk tujuan tertentu.
Akan baik pula jika tujuan tersebut mampu memberikan wadah baru dan menjadikan
sarana dedikasi yang positif dan membangun. Kelebihan micro blogging seperti media sosial adalah semua orang dapat
melakukan dengan sukarela dan tanpa paksaan dari pihak manampun. Semata-mata
karena iseng yang sebagaimana mengacu pada ranah “semua orang harus tau” dan
sesuatu itu pantas untuk dipublikasikan. Mengingat ada meski adanya batasn
moral, bisa kita tikbang sendiri apakah itu layak di gaungkan atau tidak. Hal
tersebut juga menjadi faktor bagaimana trend
positif baru sedang terbentuk melalui jejaring sosial jika yang terpublikasika
adalah mengenai hal-hal yang mengisnpirasi banyak orang untuk berbuat sesuatu
sesuai dengan ciri khasnya masing-masing.
Media sosial sebagai trend sejak
2010 silam, semakin banyak juga terasa bahwa manfaat dari keberadaannya cukup
terasa. Kita tak perlu repot-repot untuk membuka toko dan menjual sesuatu
bermodalkan biaya yang besar. Cukup menggunakan fasilitas media sosial-pun
sekarang sudah banyak yang menggunakannya. Itu pembahasan jika mengarah ke
profit / enterpreneurship. Lalu bagaimana jika diarahkan ke kegiatan yang
berbau sosial dan menginspirasi orang banyak ? apakah sudah ada yang
memulainya? Volunterism yang dewasa kini sudah merebak hingga jadi relawan
mulai dari pendidikan politik, menggugah banyak orang. Hal tersbebut bisa saja
menjadi tolak ukur tingkat partisipasi masyarakat untuk menjadi bagian dari
perubahan itu sendiri. Keterbatasan gerakan seperti itu biasanya terletak pada
paradigma hingga pemberdayaan yang berujung pada pendanaan, namun ketika kita
melihat situs seperti www.wujudkan.com
atau video di yutub tentang TED-x Indonesia, sepertinya segala keterbatasan itu
bisa diminimalisir asalkan ada golongan yang mulai merintis dan bertindak
sebagai pioneer. Sekaligus juga, untuk jangkan panjangnya tidak menutup kemungkinan
membuka gerbang baru, dan menciptakan rangkaian gerbong-gerbong pembawa pesan
terhadap peradaban.
1 komentar:
trims om sudah berkunjung. semoga bermanfaat.
Posting Komentar