Diberdayakan oleh Blogger.

Buruh, Program, dan Revolusi Mental Pasar ?


Setiap peringatan Hari Buruh Nasional, pasti bundaharan HI penuh dengan lautan buruh yang tak pernah kenal lelah menyuarakan aksinya menuntut supaya kesejahteraan berpihak kepada mereka. Tapi kita disini hanya bisa berucap basa-basi tentang carut marut negeri ini. Terlepas dari singgasana dan keabadian tuntutan akar rumput masuk istana. Apa yang mendasari setiap tahun perubahan harus dilaksanakan oleh kalangan pekerja buruh? Kenapa mereka selalu kecewa dengan setiap kebijakan yang memberatkannya?

Pertama-tama, kita lihat pemertaaan ekonomi yang ada di Negara Indonesia, hampir semua terpatuk di pulau jawa. Mulai dari fasilitas terbaik hingga ketersediaan lapangan pekerjaan yang berjibun berada dipulau satu ini. Bahkan dari dulupun, presiden kita rata-rata orang jawa. Soekarno,Soeharto, Abdurahman Wahid (Gus Dur), Megawati, SBY, sampai Jokowi. Adapula yang menyebut Jawa Dwipa adalah kunci dari Negara Kesatuan republik Indonesia. Bagaimana dengan pulau-pulau yang lain? Bagaimanapun juga, indonesia itu adalah negara kepulauan yang berbentuk kesatuan republik indonesia. Bicara indonesia, bukan hanya Jawa melulu tapi keseluruhan.
 
Ingat the founding father Tan Malaka yang sibuk mengeluarkan pemikirannya sejak jaman belum merdeka di Indonesia, terlepas dari sejarah kelam bangsa ini yang sudah terlanjur menjadi sebuah pembelajaran, melalui buku-bukunya kita bisa belajar akan arti bagaimana arah bangsa ini didirikan. Sudah selayaknya kemudian lahir konsep NASAKOM ( Nasionalis Agamis Komunis ) yang di gerakan oleh Sukarno pada era pergolakan kemerdekaan. Pemikirannya tersebut akan selalu hidup walau bagaimanapun keadaan zaman hingga sekarang ini. Ingat Muhammad Yamin yang ditengarai sebagai peletak dasar rumusan Pancasila dibantu Konsolidator sekaligus proklamator Sukarno yang mengukuhkan DASA SILA PANCASILA dan masih banyak lagi sepak terjang orang-orang terdahulu yang akan tetap menjadi bagian dari perjalanan panjang Indonesia.
 
Kini, kemerdekaan itu telah datang menjadi sebuah ketidakpastian dari sebuah pemaknaan, apa sesungguhnya merdeka itu? Lalu apa yg dimaksud dengan merdeka?
 
 
Lantas apa sih yang mendorong hampir setiap orang di Indonesia lebih memilih mengadu nasib ke Pulau Jawa selain ketersediaan lapangan kerja yang menyerap banyak orang dan fasilitas yg cukup lengkap? Kita tarik garis lurus antara kebutuhan manusia yang terus meningkat serta kemapuan manusia itu sendiri untuk mempunyai sarana memenuhi kebutuhannya.
 
Kedua, kita punya sumber daya alam yang melimpah dengan segala potensi yang ada. Negarapun sudah memasukannya kedalam pasal UU No.33 dengan bunyi kurang lebih seperti demikian “segala kekayaan alam dimanfaatkan sebaik-baiknya dan digunakan untuk kesejahteraan rakyat”. Pemanfaatan sumber daya alam yang ada-pun nantinya akan timbul pro-dan kontra selayakna antara kontrol dari kepentingan eksploitasi berlebihan yang terbentur kedalam dampak kerusakan lingkungan dll. Disisi lain ketika keberadaan suatu kegiatan yang membuka lapangan pekerjaan adalah salah satu opsi guna menyerap tenaga kerja sekaligus menaikan pendapatan daerah. Hal ini perlu diawasi dan dikontrol sejelas-jelasnya supaya pemanfaatanyapun tidak melebihi da berdampak positif untuk kawasan di sekitar. Lain hal, akan adapula ketimpangan sosial yang dikarenakan proses industrialisasi dan tidak meratanya pendapatan per daerah yang sudah diatur melalui hak otonomi tentang standarisasi pendapatan regional / daerah atau bisa disebut dengan UMR.
 
Ketiga, sampai sekarang UMR terbesar berada di kawasan industri dari Jawa Barat hingga Banten, tak terkecuali ibu kota negara. Disitulah penyerapan tenaga kerja terbanyak di Indonesia sampai sekarang ini. Sedangkan kawasan hinterland atau pedesaan yang menjadi pokok alur distribusi pasar kota terutama sebagai penyedia tenaga kerja lokal hingga buruh migran yang di gotong-gotong sebagai pahlawan devisa negara karena membawa remitern yang menjanjikan. Selain itu, buah-buahan segar, sayur mayur, dan segala hasil bumi juga berasal di desa-desa. Maka dari itu, akhir-akhir ini digalakannlah gerakan desa membangun yang menjadi tugas Marwan Jaffar sekalu menteri pedesaan. Ada juga PNPM yang mendorong ekonomi mikro desa sebagai tulang punggung utama pendapatan negara. Karenanya, ekonomi mikro maju, negara sejahtera. Begitu slogannya. Dus, hingga sampai sekarangpun jumlah pengangguran dan ketidak berdayaan masyarakat masih saja menjadi problematika yang terus mencuat naik. Program Kartu Indonesia Sehat juga turut andil sebagai langkah dan upaya meingkatkan tingkat harapan hidup masyarakat dari segi kesehatan. Pokoknya banyak deh program-program yang mengupayakan kemakmuran, kesehatan bagi rakyat ini. Bantuan untuk rakyat miskinpun kini masih ada guna mengurangi tingkat kemiskinan di negeri gemah ripah loh jinawi ini. Entah itu sudah dianggap tepat atau belum, yang jelas program hanyalah sebuah program yang tercipta karena atas dasar kepentingan rakyat dan dilaksanakan oleh perangkat negara seharusnya memiliki tanggung jawab untuk memastikan tepat sasaran. Belum lagi dengan adanya inflasi dari harga minyak dunia, walaupun sempat turun beberapa waktu silam, tetapi Indonesia itu keren, mengadopsi naik-turunnya harga BBM dari negara singapura yang tiap kurun waktu berubah. Mungkin ini untuk mengkamuflase dari harga-harga kebutuhan pokok yang sudah terlanjur meninggi. Harga BBM naik-turun dan berdampak kecil ketika BBM itu turun, harga pokok rata-rata malah nyaman semakin naik. Ini bisa jadi salah satu strategi supaya rakyat tidak semerta-merta menggantungkan harga pasaran dengan harga BBM sebagai patokannya. Revolusi mental pasar? Entahlah..

7 komentar:

enkosa mengatakan...

mantap infonya jadi tambah tahu banyak

Dandy mengatakan...

mampir gans :3

Kangtoer mengatakan...

masih belajar nulis sayanya om :3 , thx udah berkunjung. semoga bermanfaat :)

Kangtoer mengatakan...

trims om udah ke gubug reot ane :3 . ..

siap ! (y)

Unknown mengatakan...

Luar biasa

Unknown mengatakan...

Luar biasa

Kangtoer mengatakan...

@gie hanapi : masih belajar sayanyah oum :3

author
Catur Pamungkas
Hanya kataku, yang tak seharmoni angan dan imaji.