Dalam
fase perkembangan pendidikan anak, dimulai dari lingkungan keluarga
sampai sekolah. Dahulu kita sudah dikenalkan dengan bahasa Indonesia.
Saat dirumah dikenalkan dengan bahasa Ibu untuk percakapan sehari-hari.
Sedangkan saat di sekolahan, diwajibkan menggunakan bahasa Indonesia
dengan baik dan benar.
Penanaman pengenalan bahasa Indonesia itu sendiri tidak lepas dari pengaruh lingkungan keluarga, masyarakat, dan pendidikan. “Ini ibu Budi”. “Ibu dan Budi pergi ke pasar”. Sepenggal
kata-kata yang cukup familiar hingga kini yang diajarkan pada saat
pengenalan bahasa Indonesia di masa sekolah TK dulu. Hal ini sesuai
dengan apa yang dicantumkan bahwa bahasa Indonesia sebagai alat
pengantar dalam dunia pendidikan.
Dalam
era globalisasi dimana bahasa menjadi kesatuan komunikasi yang lazim
digunakan untuk berinteraksi oleh individu maupun kelompok. Hal ini yang
turut andil dalam pengaruh perubahan dan trend penggunaan bahasa
Indonesia itu sendiri.
Arus
globalisasi yang sangat kuat, apalagi dengan terus berkembangnya dunia
maya menjadi salah satu media sosial. Facebook, twitter, merupakan
contoh jejaring sosial yang sering digunakan untuk sekedar share
informasi, ataupun ngobrol dengan sesama pengguna. Banyak alasan
sebagian kalangan muda-mudi mengapa mereka menggunakan jejaring sosial.
Entah itu untuk menambah pertemenanan, atau mencari keksasih / pacar,
bahkan adapula yang cuma iseng di media sosial.
![]() |
gambar : kaskus |
Hal
ini perlu diperhatikan mengenai penggunaan bahasa indonesia yang baik
dan benar. Euforia berkembangnya teknologi yang sekarang bisa digunakan
siapa saja kadang menimbulkan gejala yang kurang baik bagi pendidikan
bahasa indonesia yang baik. Banyak dijumpai tata bahasa yang tidak
semestinya seenaknya sendiri digunakan. Demokrasi? Yap. Betul sekali.
Demokrasi
menekankan kepada kebebasan individu yang mengatasnamakan Hak asasi
manusia. Salah satunya hak untuk berkumpul, berorganisasi, dan beragama,
serta kebebasan tiap individu untuk melakukan sesuatu selagi masih
dalam batas hukum yang berlaku.
Life
style atau gaya hidup pemakaian bahasa pada zaman sekarang ini
mengalami perkembangan yang cukup deras, dalam artian dari perubahan
makna dan pemakaiannya. Di Indonesia dalam penggunaan di media sosial
dikenal salah satunya dengan wabah ALAY. Ada yang berasumsi bahwa
menjadi eksis di dunia maya, menggambarkan kehidupan si pengguna akun
media sosial bahkan kepribadiannya. Kembali lagi kepada pembahasan wabah
alay yang cukup mengganggu.
Banyaknya
akun di Facebook yang menampilkan nama mereka sendiri dengan berbagai
style / gaya bahasa yang tidak pas / cocok. Misal : nama asli Catur
Pamungkas, di ganti dengan Chatoer Pamoengkaez atau Ch4t03R
P4M03n9K@ZZZ. Untuk membacanya
saja dibutuhkan pembiasaan dengan tulisan-tulisan yang sedemikian rupa
bentuknya. Nah, apalagi jika penggunaannya di media sosial yang semua
orang yang berada di jaringan dapat melihatnya. Tentu saja akan
mempengaruhi pengguna yang lainnya juga. Lagi-lagi cultural shock
atau kekagetan budaya yang merupakan salah satu faktor terjadinya
pengambilan sikap terhadap suatu hal yang baru. Jejaring sosial
mempercepat persebaran gaya tulisan tersebut. Sungguh tidak ada dalam
kamus besar bahasa indonesia mengenai arti dan makna dari gaya tulisan
yang dikenal dengan Alay tersebut. Kurang mendidik, bahkan cenderung
tidak perlu.
Banyak
orang yang menganggap fenomena ini biasa saja. Apalagi apatisme yang
bagi sebagian orang dan cenderung masa bodoh dengan semua itu. Sebagai
calon pendidik, tentunya perihal wacana yang menyangkut dengan dunia
pendidikan termasuk membahas mengenai fenomena yang terjadi.
Yang
ditakutkan wabah ini terus menyebar dikalangan remaja kisaran anak SD
sampai SMP dan SMA. Pada fase perkembangan remaja menuju kedewasaan
memang tidak bisa di ukur dengan usia saja. namun perlunya wabah alay
ini perlu dikontrol karena dianggap tidak mendidik. Bukankah kita pernah
diajarkan oleh guru kita dahulu? Mengenai cara menulis dan menggunakan
alfabet A sampai Z.
Mulailah mencintai Bahasa Indonesia dengan menggunakan sebagaimana mestinya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar